Gembira Ketika Tertipu....

Sepatutnya kita harus gembira apabila ada orang yang gembira, itu pesan yang pernah disampaikan oleh orang tua kita.
Ini merupakan cerita pengalaman tentang 2 temen gw yang satu menipu dan satunya tertipu.
untuk gampang mengingatnya temen gw yang menipu kita sebut saja "UL" dan yang tertipu kita sebut dengan nama "DD".
Cerita ini berawal dari temen gw yang bernama UL sedang menggeluti bisnis baru yaitu menjual salah satu kartu perdana GSM, yang pada tahun 2008 ini sedang naik daunnya karena murah dalam menelpon.
Nah, berhubung si UL ini dulu pernah mengambil mata kuliah SALESMANSHIP, sehingga dia merasa telah memiliki jiwa serta mental untuk menjadi seorang enterpreneur. Awal dari perjalanan bisnis UL dimulai dari kalangan teman2 yang ada dikampus kami.
Gw lihat niat dan tekadnya untuk berbisnis bisa gw ancungi jempol. seluruh mahasiswa sampai dengan karyawan, dosen, rektor pokoknya semua yang ada di kampus di babat abis tanpa memikirkan apakah orang ini sudah memiliki handphone atau belum dalam istilahnya hantam kromo. kebetulan teman gw yang bernama DD yang notabenenya tidak memiliki handphone GSM dengan senang hati untuk membelinya, bukan karena dari nomer yang ditawarkan atau orang yang menawarkan tapi lebih dilandaskan oleh rasa kasihan kepada UL.

Walaupun harga yang ditawarkan cukup tinggi dari biasanya. Dengan niat kasihan itupulalah si DD membayarnya. lalu terjadilah transaksi antara penipu dan tertipu. Dan dengan rasa bangganya DD yang telah menolong UL membeli produknya menceritakan kejadian ini kepada gw.
Dan tanpa sadar gw merasa ikut bangga atas apa yang telah dilakukan teman gw DD kepada orang yang membutuhkan seperti UL.
Tapi esoknya si UL bercerita yang sama kepada gw dan dengan rasa bangganya-pun dia menceritakan kejadian itupula, sebagai good listener gw mengikuti alur ceritanya sampai2 gw hampir terhanyut akan cara magnet penjualan sibisnisman baru ini.
nah, akhirnya gw berpikir apakah ada yang salah akan kedua teman gw ini. yang menipu merasa bangga dan gembira karena telah berhasil menjual produk dengan harga diatas standard, karena memang tidak semua orang mampu menjual barang diatas harga standar.
Tapi dilaen pihak si tertipu-pun ikut merasa bangga dan gembira karena telah membantu teman yang dianggapnya kesusahan dan patutnya ditolong.
Dari cerita pengalaman gw diatas bahwa kita terlalu menyudutkan rasa gembira ini.
Gembira sudah sewajarnya dimiliki oleh semua ciptaan tuhan yang esa.
Tapi mengapa kita jarang merasakan bahagia.
Klo ditelaah lagi cerita diatas bahwa kesengsaraan orang laen membawa kegembiraan bagi orang laen juga.

Jangan pernah merasa kita harus dan slalu memberi jika tidak memberi kita dianggap sebagai orang miskin, salah pemikiran seperti itu, buang jauh-jauh pola pikir kalian tersebut.
Masih ingat dengan istilah take and give sudah sepatutnya kita merasa bangga dan gembira saat kita memberi ataupun menerima. berikanlah waktu bagi orang laen juga untuk memberi kita bantuan.
Marilah kita bergembira, terlepas dari itu semua tidak ada alasan bahwa kita tidak bergembira.
Seperti Kata Tukul : "...Susah Melihat Orang Senang, Senang Melihat Orang Susah..."
Bravo gembira....

ajung a.k.a us3r130d0h
malang
jumat 04042008
16:59
unik666.blogspot.com